Thursday, May 31, 2012

Big Liar

Mungkin... menghadapimu sama seperti berdiri di depan cermin. Mungkin... kamu karmaku. Karena ketika aku meninju bayanganku di cermin, aku turut sakit. Sama seperti jika aku menyakitimu. Atau ketika aku membelainya, aku turut terbelai. Tapi bayangan di cermin selalu keterbalikan... Tapi bayangan di cermin tak pernah tersentuh langsung... Jadi itukah takdirmu? Tak tersentuh? Itu kah nasibmu? Tak terkuasai? Aku lelah, sungguh. Bisakah kita sejenak duduk, tanpa kata? Sejenak sibuk dengan alam pikir masing-masing, dapatkah? Karena ketika sendiri aku menjadi lebih bijak. Ketika sendiri aku jadi lebih mampu berpikir. Berdua tidak selamanya lebih baik dari sendiri -kurasa. Maaf, aku berbohong soal pikiranku tentang kemungkinan sendiri. Ya, aku pembohong besar. Aku penipu ulung. Maafkan aku. Tapi syukurlah kamu ternyata sangat hebat, mampu meredamku dengan segala ego yang melemahkanku. Syukurlah ini kamu, yang membangun kembali kekuatan, yang menata kembali akal sehatku. Syukurlah ada kamu, yang berani mengingatkan, yang menarikku kembali ke lintasan. Syukurlah kamu masih mau bersamaku, dan selalu memaafkan. Tidak mau ada itu lagi. Memang, superioritas tidak cocok dalam setiap social relation, baik pertemanan, percintaan, bahkan persaudaraan. Mungkin perasaan superior yang menyita kesadaranku. Terima kasih telah begitu tegar menamparku untuk kembali menyadarkanku. Tidak mau, aku tidak mau lagi seperi itu. Pembohong kini sudah tak lagi bohong karena sudah diungkapkan. Si pembohong kini menyesal dan minta ampun.