Monday, October 31, 2011

Happy Halloween!



Happy Halloween!
Ini proyek artwork halloween bersama Gupi <3
Sebenarnya Gupi yang ngerjain NYARIS semuanya, lha wong aku cuma gambar sketsanya -_-
Tapi gak papa ya, asal penuh cinta semua indah. Hahaha...
Happy Halloween everybody!

Sunday, October 16, 2011

Kamu tahu? Sepi itu...

Kamu tahu? Sepi itu bukan rasa, hanya sensasi. Seperti pedas.
Kamu tahu? Sepi itu bukan tanpa kehadiran, hanya pikir sepihak.
Kamu tahu? Sepi itu bukan tiada suara, tapi suara hati yang terlalu berkecamuk.
Kamu tahu? Sepi itu bukannya sendiri, hanya merasa begitu.

Dalam sepi kamu bisa banyak.
Dalam sepi kamu bisa berpikir lebih dalam.
Dalam sepi kamu bisa introspeksi.
Dalam sepi kamu bisa bijak.

Aku tahu bicara mudah
Aku tahu praktik adalah kebalikan
Aku tahu kita seharusnya bersama, saling mengisi
Harusnya kamu tahu aku berusaha tidak meninggalkan

Kamu tahu? Sepi itu selain tanpanya, juga tanpamu...

Friday, October 14, 2011

The Man from Outer Space

"Shirley Jones was giving me the bug eye
Her eyes were bugging out of her big ole head
Shirley Jones was pretty as a magpie
I took her out to dinner then I took her to bed

Patty Joe Purrina was an evil little woman
The kind that couldn't let a little rumor out of her sight
You see Shirley Jones was a married woman
And in Appleberry Georgia that just ain't right

Oh yeah
But I'm the man from outer space baby
I have no bones to be broken
Yeah I'm the man from outer space baby
I have no bones to be broken

Well big Jim McCarthy Jones was sure some evil sumbitch
He drove a Peterbuilt 84 with a 20 ton hitch
They said he'd killed a man in Macon but he never went to jail
Cause they never found the body just a finger in the mail

Well I guess Patty Joe Purrina saw us at the lamplighter inn
While she was at cozy's liquor emporium buying bourbon and gin
It took her about a second for her to do what she had to do
She called up ole big Jim and told him everything she knew

Oh yeah
But I'm the man from outer space baby
I have no bones to be broken
Yeah I'm the man from outer space baby
I have no bones to be broken

Well now big Jim went and took his shotgun down
With every intention of putting me Shirley Jones six feet underground
But when I heard his pickup truck pull up into that lot
Me and Shirley Jones headed out the back like a shot

Jumped in my Chrysler headed down chestnut lane
Looked in my rearview and what I saw there was hard to explain
Thought it was the devil come to take me to hell
But it was big Jim leaning out his window firing off shotgun shells

Oh yeah
But I'm the man from outer space baby
I have no bones to be broken
Yeah I'm the man from outer space baby
I have no bones to be broken

Crashed into the northpike mall made a wrong rendezvous
Knew this was it I didn't know what to do
That's when Sheriff Gemsbok showed up on the scene
Me and Shirley Jones thanked the sheriff and got away clean

Oh yeah
But I'm the man from outer space baby
I have no bones to be broken
Yeah I'm the man from outer space baby
I have no bones to be broken"


Ini lagu apa, aku tidak tahu. Liriknya pun tidak mengerti dan tidak mengena. Tapi apapun itu, karena ini untuk engkau, maka indah...
Eh, tidakkah engkau mengerti, begitu cepat selang bulan berganti sampai tidak disadari telah berganti suasana hati?
Aku dan engkau... dua yang satu, satu yang dua. Amin. Maukah engkau turut mengamini? Mari ucapkan amin! Amiiiiin... Ini kenapa malah Dora? Padahal aku Donna.

Aku sisipkan lirik lagi ah...
"if you got an eerie feeling after hanging up the phone
sort of happy feeling but you’re not sure what it’s called

if you’re haunted by his face whenever you’re asleep at night
and think you hear his silly voice just calling out your name

oh, no! I think i’m in love with you..
on, no! i’m hoping you’ll want me too
so, please..don't let me down!

just can’t help but talk about him every conversation
till your friends are sick and tired of that same old crap

if you start wearing make up even when you go to bed
crying like a baby when you hear a mellow song"



Pencitraan yang engkau susah payah buat sepertinya tidak mempan padaku yang begitu telat berpikir ini. Sehingga engkau harus melupakan implisit dan beralih ke eksplisit dalam menghadapiku. Sepertinya kita memang tidak perlu citra. Karena everybody knew we're in love and you're not lier.

Eh, berhubung engkau adalah bukan manusia bumi, harusnya aku menulis ini bukan dengan cara yang biasa. Tapi Tipografi masih menanti. Kalau diabaikan, aku bisa mati. Mungkin nanti, lain kali, ada cara yang lebih seksi.

Hey, aku eh kita, sudah menempuh jalan memutar lho. Sadar tidak? Tapi, tidak sejauh yang ditempuh Kugi dan Keenan. Habis, aku jelas awak Neptunus, tapi engkau hybrid. Jadi mungkin karena masih dipengaruhi planet lain yang mempengaruhi Kambing, jalan Air tidak perlu sesulit itu.

Aduh, aku lupa mau bilang apa lagi. Barusan terlintas, tiba-tiba lupa. Kelainan. Oh ya, jangan lupa nikahi Popuri ya <3

Friday, October 7, 2011

Teruntuk Dia, Engkau, juga Aku...

Mungkin sempat terbesit dalam kepalanya, kepalamu, juga kepalaku akan ketidak-kunjung-datangnya ia yang masyur itu, inisial P. Dia, engkau, aku -kita- tidak habis pikir mengapa Sang P tidak kunjung hadir padahal kita merasa layak -terlepas dari keragaan, karena aku tidak akan bicara fisik kali ini.
Mengenai hubungan dia dengan aku -belum kita-, adalah rantai tak berujung di mana kami saling terkait tapi dia pun terkait lagi dengan yang lainnya, begitu seterusnya.
Mengenai engkau dengan aku -masih belum kita-, adalah bayang semu. Tanpa rasa, tanpa daya rangsang, tanpa tujuan, namun penuh dilema yang seharusnya tidak perlu.
Mengenai dia, engkau, aku -sudah kita-, mungkin adalah sama. Bahwa kita berhak satu sama lain, namun tanpa rasa percaya. Bukan, bukan kita tidak saling mempercayai. Rasa percaya yang hilang itu adalah terhadap diri kita sendiri. Mungkin kita terlalu takut menyakiti satu sama lain. Masing-masing dari kita tidak mempercayai diri kita sendiri untuk menjaga, maupun dijaga oleh yang lain. Padahal bisa, tapi memilih diam. Bahkan mundur dengan kecut yang semakin membuat perih luka hati, luka harga diri.
Apa kodrat kita begitu ya? Menahan hasrat, melukai diri sendiri demi sesuatu yang kita anggap baik -kita pikir lebih baik. Memilih menjadikan semua sebagai lelucon, padahal getir.
Bisa apa? Padahal bisa banyak, tapi enggan mengambil langkah. Takut akan sesuatu yang tidak pasti, belum tentu. Heran, kok senang jadi orang di balik layar, tidak lebih dari sekedar pemeran pendukung.


Sebuah puisi, bukan:

Puji aku, jangan!
Atau aku akan jatuh cinta
Istimewakan aku, jangan!
Atau aku terlanjur sayang

Peduli,
bisa saja
Tapi apakah engkau mengerti?

Sepi,
bisa jadi
Tapi aku kuat sendiri

Sapa aku dengan visual, bukan hati
Padahal aku bukan laki-laki
Apa yahg engkau ketahui soal empati?
Pada akhirnya semua hanya akan jadi ilusi

"sudah resmi," katamu
Aku iya saja dengan lugu
Engkau cerita, aku balas
Aku cerita, engkau tanggapi pedas

Aku lupa sesuatu
Yang engkau butuhkan penghibur, bukan bubur
"tidak kenyang," katamu
Lucu

Ini seperti asing, tapi tidak juga
Jadi selamat datang, wahai aku!
Selamat menjadi kembali budak laku!
Sampai raga terbujur kaku

(untuk engkau yang merasa engkau)

Saturday, August 13, 2011

I will... forget you

geureol geomnida ijeul geomnida oneulbuteo nan
geudaeran saram moreuneun geobnida hanbeondo bon jeok eomneun geobnida
gireul geotdagado seuchin jeok eomneun

gwaenchanseumnida ijeossseumnida bappeun ilsange haengbokhajyo
geunsahae boineun saramdo mannago
sarangi da geureochyo sigani gamyeon huimihaejyeo
gieokjocha hal sudo eopgetjyo Oh

# sarangi gamyeon ddo dareun sarangi dasi ol geomnida kkok geureol geomnida
jigeumeun apado jogeumman jinamyeon amul geomnida
geureol geomnida ijeul geomnida nado geureol geomnida
eoryeopjin anhayo oneulman apeumyeon modeun ge ichyeojil geomnida
dallajin ilsange eosaekhal ppunijyo Oh~ NO

sarangi da geureochyo sigani gamyeon huimihaejyeo
gieokjocha hal sudo eopgetjyo geureochyo~

sarangi gamyeon ddo dareun sarangi dasi ol geomnida kkok geureol geomnida
jigeumeun apado jogeumman jinamyeon amul geomnida
geureol geomnida ijeul geomnida nado geureol geomnida

modu jioul geomnida
kkot geureol geobnida

sarangi gamyeon ddo dareun sarangi dasi ol geomnida kkok geureol geomnida
nunmuri heulleodo jogeumman jinamyeon useul geomnida
geureol geomnida (ijen) ijeul geomnida (ijen) sangcheoga amul deut..
geureol geomnida geureol geomnida ijeul geomnida




Have you ever heard that song? Yeah, that's CN Blue's I will...forget you. I didn't pay any attention to this song, until I read the translation...



I will forget you. Starting today,
I don’t know you. I have never seen you.
We never even walked pass each other.
I’m okay. I forgot everything.
I’m happy with my busy life.
I’ve met a great person too.

Love is always like this.
It fades away after some time.
Can’t even remember it, Oh.

# When love goes away, another love comes again. It definitely will.
Even if it hurts now, it will hear a little later.
It will forget. I will too.
It’s not difficult.
I will forget everything after today.

I’m just getting used to my changed life. Oh~ No...
Love is always like this.
It fades away after some time.
Can’t even remember it. Yes~

# REPEAT

I will erase everything.
I definitely will.

When love goes away, another love comes again. It definitely will.
Even if tears fall now, I will smile a little later.
I will (now) forget you (now). Just like a wound heals…
I will. I will. I will forget you.




Do you know what it's all about? Yeah, if you knew me so well, you would know why this song becomes so special for me. I also type this as my facebook stat several days ago:
"Shin is crying. I wanna be the first who runs toward him to tell, 'It's alright. You're alright.' But now Shin is in someone else's arms. Not in mine, but in someone else's arms."It's taken from dialogue of Heartstrings episode 6 titled I will... forget you. And, yeah, I cried because of it. Well, I have no aim writing this. Just wanna share that I love CN Blue so much and their songs mean a lot for me.

Wednesday, May 25, 2011

Kembali

Salahkah ia lelaki yang kembali? Salahkah ia perempuan yang memberikan kesempatan kedua? Lalu kenapa engkau menangis?

Salahkah mereka yang kembali mencoba? Salahkah mereka yang tidak mau menyerah? Salahkah mereka yang kembali berusaha? Dan mengapa engkau meneteskan air mata?

Salahkah cinta yang kembali? Salahkah cinta yang menemukan jalan pulang? Atau jika pun cinta kembali tersesat, haruskah engkau tangisi itu?

Salahkah takdir yang menyatukan kembali? Salahkah Tuhan yang mencipta takdir? Engkau tau jawabannya tidak, maka janganlah engkau menangis…

Ia yang bijak mengatakan,
“pain is inevitable. suffering is optional (sakit itu tidak terelakan, namun penderitaan itu pilihan)”
jadi mengapa engkau memilih untuk mederita?

Sesak memang. Engkau terluka, tentu… Tapi jantungmu masih berdetak, bumi masih berputar pada porosnya, maka mengapa engkau harus stagnan?

Bergeserlah sedikit dari station pointmu, maka engkau akan melihat perspektif lain, Sayang. Engkau akan mengerti… lalu bangkit. Hahaha… engkau bahkan tidak seharusnya jatuh, Manis.

Ini terduga bukan? Maka biarlah semua berjalan seperti semestinya, seperti yang telah engkau duga. Maka engkau akan ikhlas…

Tuesday, May 3, 2011

Kembali Membahas Masalah "sesuatu-yang-ringkih-di-dalam-dada"

Hujan. Sore hari. Handphone produksi Cina punya kakak saya melantunkan lagu 'lama' namun masih fresh bagi telinga saya, karena jarang saya mendengarnya kala album itu masih baru.
Itu album Diary dari Mocca.
Kubiarkan ia mengoceh santai, membawa saya ke kondisi tenang nan sejuk khas sore berhujan. Hingga tiba giliran lagu ini:


I can't understand
Why my world keeps turning?
And I can't understand
Why the sun keeps shining?
When you left me all alone

But I do understand
That you have someone better
And I can understand
That you saved me for later
I can take it I will wait


All that I need now
Is for the rain to fall from the sky
To wash away my pain inside
All that I need now
Is for the rain to fall from the sky
The rain will fall
The rain will fall



Lagu berjudul and Rain will Fall itu sedikit menyentil hati saya. Terutama di bagian yang bercetak tebal.
Ha, saya jadi ingin tertawa sendiri...

Saya pernah bilang, posisi saya sekarang adalah spare part. Dan sebagai spare part yang baik, saya tidak berhak menuntut apapun... dari siapapun. Ini jadi terasa seperti "dimadu". Iya tidak? Jadi harus berbagi, bergantian mendapatkan perhatian.
Dan seperti spare part pada umumnya, dipakai hanya ketika main part berhalangan.

Tapi tidak apa. Seperti lirik lagu tadi: I can take it, I will wait.

Suara Langit

Menyinggung pengalaman beberapa hari yang lalu, melalui sebuah diskusi saya dengan seorang rekan, saya kembali mendapat ini: sebuah pemahaman tentang salah satu sisi kehidupan. Saya sebut ini 'wahyu kecil' atau 'suara langit'.

Ini tentang alasan mengapa kami, para single fighter, belum jua dipertemukan dengan sang 'the one'nya. Alasannya ternyata sangat sederhana: Tuhan ingin kita mempersiapkan diri lebih matang untuk kemudian menjadi pantas bersanding satu sama lain kelak.
Indah bukan?
Karena Tuhan pastinya tidak menuliskan jalan hidup umatNya tanpa rencana, tanpa alasan. Ia terlalu pintar, terlalu luar biasa untuk tidak merakit sedemikian kompleks setiap detail unsur kehidupan menjadi sesuatu yang simpel nan sederhana agar kita umatNya kemudian mampu mengerti tanpa harus menyandingiNya.


Pemahaman lain kemudian muncul, kali ini tentang keikhlasan.
Pernah saya mengatakan bahwa saya selalu berdoa untuk menjadi pribadi yang ikhlas. Ternyata Tuhan pun, walaupun Ia Maha Pengasih, tidak sekonyong-konyong mengabulkannya begitu saja. Ia ingin umatNya belajar. Memahami lewat proses.
Itu yang saya alami lewat kejadian kecil-namun-dalam kemarin. Walau menyakitkan, di sanalah sebuah proses terjadi. Proses menuju ikhlas. Dan tanpa saya sadari, itulah jawaban Tuhan atas doa saya. Allah gave me a problem to be solved, and let me learn to be ikhlas in my own way.
In my own way. Ya, Tuhan selalu mengerti bagaimana menyikapi setiap umatNya. Bahkan dengan kepribadian manusia yang berbeda-beda tiap individu, Ia selalu bisa mencocokkan dan memasukkan diriNya dengan pas kepada umatNya tersebut. Dan saya adalah tipe seorang yang tidak mau diatur terkait "cara". Karena bagi saya, cara bukanlah sesuatu yang mestinya diseragamkan. Kalau tujuannya sama, dengan hasil yang akan sama pula, kenapa tidak boleh berimprovisasi dalam cara?
Itulah mengapa saya bilang Tuhan selalu bisa menyikapi umatNya dengan tepat. Ia menyikapi saya hanya dengan memberikan umpan, dan membiarkan saya menyelesaikan sendiri segalanya. Dengan cara saya sendiri.



Dan saya mengerti.
Makin saya merenungkan segala yang Tuhan berikan pada saya, makin saya tidak berhenti melantunkan syukur. Indah sekali ketika kau akhirnya mengerti bahwa apa yang terlihat buruk di permukaan tidak selalu buruk pula di dalamnya. Maka saya setuju sekali kepada mereka yang tidak langsung menjugde sesuatu tanpa lebih dahulu menguliknya, mengajinya. Segala sesuatu punya makna implisit, punya hikmah.
Seperti saya dan sahabat saya, Listya Ariputri, setujui bersama dalam sebuah diskusi kami pagi itu tentang Persagi dan Mooi Indie.
Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) adalah sebuah gerakan yang didirikan dan beranggotakan pelukis-pelukis Indonesia pada masa itu yaitu sekitar tahun 1937/1938. Didirikan bukan semata-mata hanya ingin berkumpul, melainkan bertujuan untuk turut andil menggalakkan semangat nasionalisme rakyat Indonesia melalui seni. Selain itu juga untuk menemukan atau merumuskan jati diri keseni-rupaan Indonesia yang pada saat itu banyak terpengaruh oleh gaya asing, terutama barat.
Sedangkan Mooi Indie adalah sebuah aliran lukisan yang bercirikan pemandangan alam, melukiskan keindahan serta kemolekan sesuatu terutama lanskap alam. Istilah “Mooi Indie” sendiri sejatinya adalah cemoohan para seniman beraliran lain (kecaman serupa datang lebih intens dari pihak Persagi yang umumnya beraliran realisme).
Di sinilah saya dan Tya melihat suatu ketidak-adilan. Bukankah mereka sama-sama pelukis? Sama-sama seniman dan lebih umum lagi, manusia, yang punya hak sama dalam mengekspresikan diri dan menciptakan sebuah karya? Juga hak sama dalam memilih sesuatu yang lebih “pas” dengan dirinya? Lalu kenapa harus diseragamkan? Kenapa harus menuai cemooh dan kecaman? Padahal dibalik semua keindahan yang dilukiskan Mooi Indie, ada suatu pesan yang kurang lebih sama dengan tujuan Persagi sendiri: mengingatkan rakyat Indonesia bahwa alam Nusantara itu terlalu indah dan berharga untuk diberikan cuma-cuma kepada penjajah. Kenapa mereka Persagi tidak mengulik dahulu mereka kaum Mooi Indie dan langsung menjudge saja bahwa mereka tidak peduli akan keadaan bangsa dan hanya melukiskan yang indah-indah saja, padahal tidak begitu?

Sunday, May 1, 2011

Penghiburan...

"Selama seseorang dekat dengan Tuhannya, niscaya segala sesuatu yang berat terasa ringan. Walau itu mustahil, keajaiban selalu ada. Sesakit apapun, akan sembuh dengan sendirinya saat kita dekat dengan Allah."

"Sebenarnya semua orang itu hatinya lemah dan sulit untuk menjaga hati, tetapi itulah yang menjadi kewajiban setiap orang: untuk menjaga hati. Orang yang mudah bersedih itu biasanya orang yang selalu berfokus pada dirinya, (sedangkan) orang yang bahagia itu tidak berfokus pada dirinya sendiri, tetapi berusaha membahagiakan orang lain yang dapat membuat hatinya tenang (karena) melihat kebahagiaan orang lain yang berasal darinya."

"Tuhan selalu memberi yang terbaik buat kita, senyum palsu pun baik kok asal itu bisa membuat orang lain bahagia, karena sebentar lagi senyum abadi akan kita dapatkan setelah semua yang benar tampak, setelah ada penyesalan dan kesadaran, yang penting kita udah berusaha buat semua bahagia :)"



Semua penghiburan di atas bersumber dari seorang yang sama. Padahal banyaaaaak sekali aku dapat masukan semangat dan penghiburan senada bahkan lebih luar biasa, tapi tidak kutulis di blog ini. Aku tahu aku tidak adil, tapi mereka terlalu berharga untuk kubagi. Aku ingin menyimpannya sendiri. Sesekali aku mau egois. Butuh.
Aku sangat, SANGAT berterimakasih untuk nama-nama di bawah ini:
Listya Ariputri, untuk bersedia menemani dan mengerti betul seluk-beluk perasaanku kemarin-kemarin ini, serta memberikan kata-kata yang menghibur.
Sofia Rakhma Permata Sari, untuk bersedia menghibur dengan kata-kata pembangkit semangat dan mengerti.
Unoviana Kartika Setia, untuk membiarkanku menangis semalam itu dan online berjam-jam lamanya tanpa diinterupsi.
Ario Wirawan Haryono, untuk menyempatkan mementionku via twitter dan bilang untuk jangan galau dan boleh nangis tapi jangan terlalu banyak.
Dewanti Pertiwi, untuk penghiburan yang sangat luar biasa dan berusaha mengerti serta memposisikan diri menjadi aku.
Fadila Qadarsi, untuk memberi semangat dan membantu membuatku kuat.
Mutiara Maulidya Putri, untuk juga memberikan semangat serta penghiburan dan tidak lupa untuk selalu mengingatkanku bahwa berarti.
Maharini Nur Prasetyo, untuk selalu bisa menopangku dengan kalimat-kalimat bijak dan membuatku merasa disayangi.
Yoga, untuk membuatku berpikir ulang mengenai semuanya.


Aku kembali sehat sekarang. Untuk para sahabatku yang lain, jangan khawatir, aku tidak menyalahkan kalian karena tidak hadir di masa-masa sulit ini. Kalian tidak tahu apapun tentang ini karena akupun tidak cerita. Jadi bukan masalah. Dengan mengingat aku punya kalian, sudah menjadi penghiburan tersendiri untukku. Terima kasih.


Aku bukan lupa, aku hanya ingin menyimpan hingga saat yang paling istimewa. Super Special Thanks-ku akan kulayangkan pada ALLAH SWT, Tuhanku tersayang, yang telah memberikan segala-gala-gala-galanya yang tidak mampu aku sebutkan satu-satu di sini. Terima kasih banyak. Matur nuwun sanget. Honto ni arigatou gozaimasu.

Saturday, April 30, 2011

Tolong!

Tolong, saya hilang koordinasi!
Otak, hati, tubuh tidak sinkron. Konsentrasi menguap, fokus terlupa.

Tolong, saya hilang kontrol diri!
Mata terus basah, kepala terus pusing, tenggorokan terus sakit, dan dada... sangat sesak.

Tolong, ini apa?!
Ketika saya mulai berpikir, "Apa sebaiknya aku SMS saja ya, berusaha bersikap biasa agar tidak tercium kabar kehancuranku olehnya?", tepat saat saya meraih handphone, SMS masuk darinya.
"Are you busy?" tanyanya. Dan saya tidak bisa menolak.

Tolong, saya masochist tingkat lanjut!
Tahu akan sakit, tetap saja dilanjutkan. Dan ya, sakit yang tadinya "immortal" kemudian berubah mortal. Ulu hati saya sakit sekarang, dalam arti yang sebenarnya.

Tolong, saya hilang akal sehat!
Mungkin memang ini mindset atau bodyset *apa sih* saya bahwa setelah fase sedu sedan banjir air mata, saya akan masuk fase "balas dendam" yang ditandai dengan tidak lagi peduli, malas berinteraksi. Mungkin karena lelah tersakiti. Padahal sesungguhnya saya tidak mau memasuki fase ini. Saya masih suka, tapi kenapa otomatis hasrat ini mengendur kemudian jadi malas menanggapi?


Tolong, saya butuh kejelasan!
Menjadi cadangan, spare part, atau apalah itu namanya sama sekali tidak menyenangkan. Saya tidak menyalahkannya, mungkin bukan maksud dia juga menjadikan saya cadangan, tapi tanpa sadar itulah yang sebenarnya terjadi. Saya seorang cadangan.

Tolong, saya habis kata-kata!
Cukup, ini sudah terlalu menyesakkan. Saya bahkan sudah lelah menangis. Hebat, saya tidak pernah sampai begini sebelumnya. Kalaupun pernah, tidak sesakit ini. Mungkin saya salah karena berharap. Tapi apa yang bisa disebut salah dari orang yang jatuh cinta?

Ini Dosa, Aku Tahu, tapi Biarlah...

Aku ingin menuntut-Mu, Tuhan... Sungguh. Tapi kemudian kau memberiku kesempatan untuk berpikir ulang. Tidak adil.
Aku ingin mengintrogasi-Mu, Tuhan... Sungguh. Tapi kemudian kau memberiku kesempatan untuk menjawab rentetan pertanyaanku sendiri. Tidak adil.

Dari semua daftar pertanyaanku, satu yang belum terjawab: Kenapa engkau tidak membiarkanku setidaknya mencoba? Mencoba merasakan, menjalani, lalu mempertahankan? Kenapa?
Kemudian muncul pertanyaan lain: Apa aku sebegitu rendah dan tidak layak untuk sekedar mengalami?

Tuhan, orang bilang ini semua hanya masalah waktu: suatu hari nanti pasti akan tiba masaku. Tapi apa mampu sesuatu-yang-ada-di-dalam-dada ini bertahan? Berkali-kali sakit yang sama ia tanggung. Apa ia sekuat itu untuk menunggu tiba masaku?

Aku berdosa, Tuhan. Aku telah memforsir kelenjar air mataku begitu kejam. Kupaksa ia bekerja tanpa lelah untuk satu sakit yang sama, beda sebab. Itu pula yang kulakukan pada sesuatu-yang-ada-di-dalam-dadaku. Apa Engkau akan menambah hukumanku karena itu?

Tuhan, aku iri. Engkau memberikan orang lain kesempatan untuk setidaknya mencoba, merasakan, mengalami... Tapi tidak denganku. Apa Kau anggap aku kuat? Engkau anggap aku bisa? Padahal aku muak dengan segala sakit ini.

Pahit menjalar ke lidahku. Aku benar-benar sakit. Engkau tahu padahal tidak mudah untuk akhirnya memutuskan untuk melangkah maju, tapi kembali Kau siksa aku. Apa aku memang pantas? Atau malah memang sudah nasibku?

Nasibku untuk selalu jadi cameo. Yah, bolehlah, sesekali memang naik pangkat jadi peran pembantu yang berguna untuk menghibur peran utama. Sekedar menghibur. Apa aku begitu "lucu" hingga selalu berguna hanya sebatas itu? Bisakah aku terima peran lain? Terima naskahku yang lain? Yang tidak ada scene di mana aku harus tersenyum di atas tangisku, di mana aku bisa jujur demi kebahagiaanku sendiri, di mana sesekali aku bisa egois?

Tidak cukupkah 3 tahun lamanya aku berkutat dengan peran yang sama? Lalu ketika aku memutuskan untuk maju, masih saja kuterima naskah bergenre sama. Apa karena aku Kauanggap sudah profesional ya?


Aku tertawa getir, dengan mata dan hidung yang basah... Dadaku sesak, juga sakit.
Aku harus apa? Sekali lagi: Aku harus apa, Tuhan?
Aku bisa apa?



Sudah aku mengenal banyak lem selama aku hidup. Tapi adakah yang bisa menyatukan kembali sesuatu yang telah terurai? Kalaupun ada, tetap saja ada retak yang akan terlihat.
Dan luka hati tidak bisa disembuhkan, kecuali oleh waktu.


Sungguh aku tidak mengerti plot naskah hidupku, Tuhan. Bolehkah aku membantu-Mu menuliskan naskahku sendiri agar tak perlu lagi Engaku repot2 mengurusku?
Aku tetap umat-Mu kok, tenang saja. Aku tidak akan mungkin sempat berpikir untuk menyaingimu untuk menjadi maha segala maha. Lagian males juga ya ngurusin semua makhluk di alam semesta ini. Gak ada yang sanggup kecuali Engkau. Aku cuma ingin mengatur hidupku sendiri. Bolehkah?


Hukum aku, Tuhan, karena menulis ini. Ambil cepat aku, karena sesungguhnya aku tidak seberani itu untuk hidup.
Aku ini replaceable. Jadi tidak usah khawatir orang lain akan sedih dengan ketidak-hadiranku. Ah, hukum aku, Tuhan, karena berkata sepesimis ini. Sungguh, aku putus asa.




Untuk mereka yang pernah kuanggap bodoh karena bunuh diri akibat patah hati: MAAF.
Kini aku tahu rasanya, tapi aku tidak akan pernah mengikuti kalian. Nyawaku kuasa Tuhanku. Aku tidak berhak mengambilnya meski itu dititipkan padaku. Aku tidak tega mendzalimi amanat Tuhanku. Semoga saja.

Friday, April 8, 2011

A Moving On Song :)

Way Back into Love - Music and Lyric OST

I've been living with a shadow overhead
I've been sleeping with a cloud above my bed
I've been lonely for so long
Trapped in the past, I just can't seem to move on
I've been hiding all my hopes and dreams away
Just in case I ever need 'em again someday
I've been setting aside time
To clear a little space in the corners of my mind

All I want to do is find a way back into love
I can't make it through without a way back into love
Oh oh oh

I've been watching but the stars refuse to shine
I've been searching but I just don't see the signs
I know that it's out there
There's got to be something for my soul somewhere
I've been looking for someone to shed some light
Not somebody just to get me through the night
I could use some direction
And I'm open to your suggestions

All I want to do is find a way back into love
I can't make it through without a way back into love
And if I open my heart again
I guess I'm hoping you'll be there for me in the end
oh, oh, oh, oh, oh

There are moments when I don't know if it's real
Or if anybody feels the way I feel
I need inspiration
Not just another negotiation

All I want to do is find a way back into love
I can't make it through without a way back into love
And if I open my heart to you
I'm hoping you'll show me what to do
And if you help me to start again
You know that I'll be there for you in the end
oh, oh, oh, oh, oh

Mari Bicara tentang Cinta

Aku bukan ahli, karena itu ingin berdiskusi...

Dalam sebuah sesi intermezo, seorang dosen pernah berkata: "Energi cinta yang terdalam adalah mampu memberikan inspirasi yang baik bagi mereka yang merasakannya". Atau dapat disimpulkan: cinta mengakibatkan inspirasi...

Izinkan aku bertutur tentang seorang pengamen, seorang yang aktif, seorang dengan cita-cita, seorang bungsu, seorang laki-laki yang family-oriented, seorang heavy sleeper, seorang seniman, seorang aktor, seorang musisi. Seorang yang bersinar tanpa perlu ia sempurna.
Ia satu orang yang sama...

Kelemahanku yang akan aku sorot kali ini adalah: selalu salah mengartikan sebuah tatapan, hingga jatuh. Selain itu aku juga mudah terpukau dengan hal-hal sederhana, lalu jatuh.

Seringkali aku merasa tatapan yang ditujukan orang padaku itu spesial, padahal ternyata tidak. Ah, aku pun sebenarnya tidak tahu pasti. Tapi berasumsi terlalu tinggi alias gede rasa itu ternyata petaka. Sayangnya ini sudah menjadi kebiasaan.
Tapi! Kalau kemudian sekonyong-konyong berubah atau mengubah diri menjadi seorang naif tentu tidak bisa juga kan? Pura-pura tidak tahu, memperdaya diri sendiri menjadi seorang polos... itu memuakkan! Dan melelahkan. Aku pernah mencobanya, tapi malah memperparah semua. Aku berperan polos, tapi ternyata bergerilya, mencoba mencari info sana-sini. Munafik.

Dan aku jatuh berkali-kali karena salah interpretasi...
Jatuh di sini aku pakai sebagai analogi dari merasakan cinta. Ah, tidak, sebenarnya aku tidak tahu pasti apa ini benar cinta atau bukan. Karena seharusnya cinta bawa bahagia, bukan derita. Cinta ciptakan inspirasi, bukan paranoia. Dan mungkin yang kurasakan selama ini bukan cinta, tapi obesesi...
Ya, kusebut ia obsesi karena aku terkungkung oleh ketakutan belaka. Takut berusaha mendekati, takut mulai berinteraksi, takut perasaanku diketahui, takut dikira terlalu agresif, takut perasaanku tidak terbalas, takut sikap manisnya tiba-tiba berubah suatu hari nanti... Takut, takut, takut...


Karena ia terlalu bersinar...
Hingga aku tak mampu menyainginya, jadi ia pun tidak bisa melihat sinarku... Seperti bulan saingi matahari, tidak akan mungkin menang. Sampai akhirnya aku menyerah, lalu mengadu pada Tuhanku. Entah ini pencerahan atau apa, tapi aku mendapatkan kalimat ini di dalam kepalaku: esensi utama dari mencintai seseorang adalah bukan untuk balas dicintai, tapi ikhlas mengasihi.
Maka aku belajar kali ini... belajar dari pengalamanku sebelumnya. Dan bukan demi keterangan waktu yaitu kali ini, tapi hanya untuknya lah aku mengubah mindsetku. Tidak tega aku memberinya obsesi, maka aku akan ikhlas mengasihi. Hanya demi kamu. Atau setidaknya mulai dari kamu. Karena kamu yang mampu buatku belajar, buatku mengoreksi diri, buatku introspeksi.


Demi kamu, Sang Pengamen, dalam setiap roncean doaku aku memohon pada Tuhan untuk menjadi orang yang ikhlas...

Tuesday, February 22, 2011

Recharged

Pertama-tama saya ingin berterima kasih kepada Tuhan dan seluruh pihak Universitas Sebelas Maret Surakarta karena telah sangat bijak dalam memberikan libur semester ganjil sehingga kami para anak rantau dapat waktu yang cukup untuk kembali berkumpul dengan keluarga tercinta di daerah asal masing-masing.
Hampir sebulan saya di rumah. Menghabiskan waktu, melepas rindu yang tertimbun dalam benak selama ini. Mama, Papa, Rinta, Yangti… juga televisi :)
Waktu kepulangan yang sempat tertunda waktu itu (harusnya tanggal 13, tapi malah 15) dikarenakan kakak saya tersayang sakit, rasanya terbayar sudah dengan lamanya saya berada di rumah. Bergumul kembali dengan kasur nyaman tercinta, kembali mengajari Rinta matematika, sampai pergi ke pasar bersama Mama. Menjaga dan menemani Yangti pun rasanya menjadi sangat ikhlas setelah lama tidak berjumpa. Untungnya sempat bertemu semua keluarga di sana. Eh, iya, minus Mandi, Tante Muthia, dan Kai (sepupu bungsu yang belum pernah saya temui sekalipun) karena ketika mereka main ke rumah Yangti, saya sedang di Tangerang jadi tidak sempat bertemu.
Bertemu dengan para sahabat dan teman SMA pun rasanya menjadi sangat, sangat spesial dan mengharukan. Apalagi tidak sekedar bertemu. Kami berkegiatan. Campus Goes To School atau biasa kamu singkat dengan CGTS adalah momen yang sangat menyenangkan di kesempatan libur kemarin. Karena entah kenapa kami yang dulu ketika SMA tidak terlalu dekat, bahkan mungkin tidak saling kenal, tiba-tiba bekerja sama satu visi misi menyukseskan acara angkatan itu. Sungguh menyenangkan.
Bahkan saya rela mengundur proses pengurusan KRS saya sampai di hari terakhir demi merayakan ulang tahun ke-18 saya di rumah. Demi bersama keluarga tercinta. Dan terima kasih, Yangti, karena sudah bersedia capek-capek datang ke Tangerang hanya untuk ulang tahun saya :’)
Kado materi yang biasa saya harapkan walau sedikit rasanya sudah tidak dibutuhkan untuk ulang tahun yang kemarin itu. Asal dapat berkumpul dengan keluarga terkasih, makan, serta bersyukur bersama seperti kemarin rasanya sudah menjadi kado spesial tersendiri bagi batin saya. Terima kasih, Tuhan J
Semua yang terjadi, segala tatap muka, tegur sapa, senda gurau, sedu sedan, serta rasa bangga di hari libur kemarin rasanya cukup untuk bekal 6 bulan ke depan. Energi saya sudah terisi kembali. Saya harus siap menghadapi semester genap pertama saya di Universitas ini. Suka-tidak suka, saya harus siap menerima segala konsekuensi dari apa yang telah saya pilih. Berbekal doa restu semua orang terkasih di daerah asal sana, saya akan menempuh semester ini dengan ikhlas. Insya Allah, saya bisa melakukan sebaik (bahkan lebih baik) dari semester kemarin. Amin.

Wednesday, January 12, 2011

Tentang Sebuah Kepulangan

Another summer day
Has come and gone away
In Paris and Rome
But I wanna go home
Mmmmmmmm

May be surrounded by
A million people I
Still feel all alone
I just wanna go home
Oh, I miss you, you know

And I’ve been keeping all the letters that I wrote to you
Each one a line or two
“I’m fine baby, how are you?”
Well I would send them but I know that it’s just not enough
My words were cold and flat
And you deserve more than that

Another aeroplane
Another sunny place
I’m lucky, I know
But I wanna go home
Mmmm, I’ve got to go home

Let me go home
I’m just too far from where you are
I wanna come home

And I feel just like I’m living someone else’s life
It’s like I just stepped outside
When everything was going right
And I know just why you could not
Come along with me
'Cause this was not your dream
But you always believed in me

Another winter day has come
And gone away
In even Paris and Rome
And I wanna go home
Let me go home

And I’m surrounded by
A million people I
Still feel all alone
Oh, let me go home
Oh, I miss you, you know

Let me go home
I’ve had my run
Baby, I’m done
I gotta go home
Let me go home
It will all be all right
I’ll be home tonight
I’m coming back home


Lagu di atas adalah salah satu lagu yang saya hindari selama saya berada di Solo. Atau di manapun selama saya jauh dari keluarga, dan rumah.
Sebagai anak yang jarang main-main ke luar rumah sejak kelas 5 SD, saya tumbuh menjadi manusia yang sangat homey. Sangat cinta akan rumah. Karena itu, ketika waktunya hidup jauh dari rumah seperti sekarang, rasanya homesick sudah menjadi kerabat setia. Meski tidak sampai menghambat kegiatan saya di sini, tapi hasrat ingin pulang pastilah selalu menggantung dalam benak.
Pulang... Meski ya, Solo mungkin adalah kampung saya dan keluarga, di mana tempat Papa menghabiskan masa kecil sampai menikah, tempat Mama menghabiskan sebagian masa remajanya, tempat Yangkung menemukan tambatan hatinya yang kini kupanggil Yangti, tempat Yangti pula hidup di sebagian sisi usianya, tempat Om dan Tante menuntut ilmu, bergaul, dan menemukan 'the one'nya... Tapi saya tidak tumbuh di sini. Karenanya saya tidak bisa menyebut 'pulang' untuk perjalanan saya ke Solo, melainkan Tangerang.
Mungkin saya manja, padahal kurang dari satu bulan lagi saya sudah menginjak usia 18, tapi tidakkah boleh saya merasa rindu akan rumah? Rindu masakan Mama yang sangat memanjakan lidah? Rindu senda gurau yang terjalin dengan Rinta? Rindu nasihat dan kuliah santai malam hari dari Papa? Dan rindu jajan sesuka hati tanpa peduli budget? ;P

Ini resiko yang harusnya sudah siap saya tanggung sejak awal saya memutuskan kuliah jauh. Saya pikir saya siap, tapi ternyata tidak semudah itu juga. Hahaha... saya terlalu terbiasa dengan rumah, dengan Mama, dengan Papa, dengan Rinta.


I miss y'all sooooo very much


When I'm Lost at the desert
no one look for me... and i keep going on
Something wrong... there's something wrong
That i can't find my way back home

i'm so tired...i'm really tired
i'm still waiting... waiting for a ride
i closed my eyes i hope i can see
my old man smile and hold me tight

please somebody please
Take me Home...






Surakarta, 12 Januari 2011

Saturday, January 1, 2011

Eat (check), Pray (check), Love (?)

First of all I would like to say Happy New Year for those who celebrate it. Saya pribadi, sudah tidak se-excited tahun-tahun sebelumnya. Well, yeah, memang sudah lama tidak merasakan euforia macam waktu kecil dulu. Tapi tetap saja saya 'merayakan'nya dengan bersantai nonton film dan mengemil. Walaupun untuk urusan begadang kayaknya udah jadi habit almost every night.

Sehari sebelum tanggal 31, seseorang menceramahi saya tentang bagaimana malam tahun baru harusnya dirayakan. Merenung, introspeksi, membuat resolusi, berdoa, bla bla bla. Saya tahu. Banget. Tapi hal-hal semacam itu saya rasa gak bisa dilakukan dengan paksaan kan? Yah, emang sih beliau itu memang tidak memaksa. Tapi entahlah saya memang sedang tidak ingin saja. Karena itu butuh waktu dengan diri sendiri, butuh spasi untuk menyendiri. Sedangkan di kamar kost 2x3 meter minus 1x1 meter untuk kamar mandi, yang diisi dua orang ini tidak mungkin saya menyendiri demi meditasi penuh konsentrasi.

Oke, saya ngaku deh, saya malas.


In 2010, too many things happened. Saya mengakhiri studi di SMA, diterima di Universitas Sebelas Maret Surakarta, berpisah dengan para sahabat, merantau, jadi mahasiswa, jadi anak kost, dan semacamnya. Sangat berarti. So I'm thanking You, God, for the very unbeatable year named 2010.
It's 2011 now, and am gonna do the same: thanking you, Allah, for giving me a very special blessed life. Saya gak akan meminta yang neko-neko. You've given a lot. Hanya meminta tanda tanya di judul post ini berubah jadi "check", boleh? Hahaha... okay, kidding. I know You've prepared the best one for me somewhere. I'm not pushing You.

Life moves on, am gonna do better. Happy new year all. Keep light of hope and God's blessing in our heart.
Dua ribu sebelas, mari bergerak bebas!